Selasa, 11 Mei 2010

Tiga Orang Tuli Dan Guru Bisu

Pada suatu ketika, hiduplah seorang penggembala miskin. Setiap hari ia menggiring domba-dombanya ke bukit mencari rumput segar. Dari sana ia memandangi desa tempat ia tinggal bersama keluarganya. Ia tuli, tetapi itu tak jadi masalah baginya. Suatu hari istrinya lupa mengirim bungkusan makan siangnya; juga tidak menyuruh anak mereka untuk membawakannya. Sampai tengah hari kiriman itu tidak datang juga. Si penggembala itu berpikir, "Aku akan pulang dan mengambilnya. Aku tidak dapat berdiam di sini sepanjang hari tanpa sepotong makanan." Namun ia tidak dapat meninggalkan domba-dombanya. Tiba-tiba ia memperhatikan seorang pemotong rumput di tepi bukit. Ia menghampirinya dan berkata, "Saudaraku, tolong jaga domba-dombaku ini dan awasi jangan sampai tersesat atau berkeliaran. Aku akan kembali ke desa karena istriku begitu bodoh lupa mengirim makan siangku."

Ternyata pemotong rumput itu juga tuli. Ia tidak mendengar satu kata pun yang diucapkan, dan sama sekali salah paham terhadap maksud si penggembala. Katanya, "Mengapa aku harus memberi rumput untuk ternakmu? Sedangkan aku sendiri memiliki seekor sapi dan dua ekor kambing di rumah. Tidakkah kau lihat, aku ini harus pergi jauh demi mencari rumput bagi ternak-ternakku. Tidak, tinggalkan aku. Aku tidak ada urusan dengan orang sepertimu yang hanya ingin enaknya sendiri mengambil milikku yang cuma sedikit ini." Ia menggerakkan tangannya dan tertawa kasar. Si penggembala tidak mendengar apa yang dikatakan oleh si pemotong rumput. Katanya, "Oh, terima kasih kawan, atas kebaikkan dan kesediaanmu. Aku akan segera kembali. Semoga keselamatan dan berkah tercurah atas dirimu. Engkau telah meringankan bebanku." Ia segera berlari ke desa menuju gubuknya yang sederhana. Di sana ia mendapati istrinya sakit demam dan sedang dirawat oleh para istri tetangga.

Kemudian, si penggembala itu mengambil bungkus makanan dan berlari kembali ke bukit. Ia menghitung domba-dombanya dengan cermat. Semuanya masih lengkap seperti semula. Ia lalu melihat si pemotong rumput masih sibuk memotong rumput segar. Si penggembala ini berkata pada dirinya sendiri, "Ah, betapa luar biasa pribadi si pemotong rumput ini. Benar-benar dapat dipercaya. Ia sudah menjaga domba-dombaku agar tidak terpencar bahkan tidak mengharapkan terima kasih dariku. Aku akan memberinya domba pincang ini. Sebenarnya domba pincang ini akan kusembelih sendiri, namun biarlah aku berikan pada si pemotong rumput itu agar bisa jadi makan malam yang lezat bagi keluargnya. Ia pun memanggul domba pincang yang dimaksud di atas bahunya, menuruni bukit dan berteriak pada si pemotong rumput, "Wahai saudaraku!, ini hadiah dariku, karena engkau telah menjaga domba-dombaku selama aku pergi. Istriku yang malang menderita demam, itulah mengapa ia tidak mengirimkan aku makan siang. Pangganglah domba ini untuk makan malammu nanti malam; lihat domba ini kakinya pincang dan memang akan aku sembelih!" Tetapi disisi lain, si pemotong rumput tidak mendengar kata-katanya dan berteriak marah, "Penggembala busuk! Aku tidak tahu apapun yang terjadi selama kau pergi. Jadi jangan salahkan aku atas kaki pincang dombamu! Sedari tadi aku sibuk memotong rumput, dan tidak tahu mengapa hal itu terjadi! Pergilah, atau aku akan memukulmu!"

Si penggembala itu amat heran melihat sikap marah si pemotong rumput, tetapi ia tidak dapat mendengarkan apa yang dikatakannya. Tiba-tiba ada seorang melintas di antara mereka dengan menunggang seekor kuda yang bagus. Si penggembala menghentikan si penunggang kuda itu dan berkata, "Tuan penunggang kuda yang mulia, aku mohon katakan padaku apa yang diucapkan oleh pemotong rumput itu. Aku ini tuli, dan tidak tahu mengapa ia menolak pemberianku berupa seekor domba ini, malah marah-marah seperti itu." Si penggembala dan si pemotong rumput mulai saling berteriak pada si penunggang kuda untuk menjelaskan kemauannya masing-masing. Si penunggang kuda itu turun dan menghampiri mereka. Ternyata penunggang kuda itu pun sama tulinya. Ia tidak mendengar apa-apa yang kedua orang itu katakan. Justru, ia ini sedang tersesat dan hendak bertanya dimana dirinya saat ini. Tetapi ketika melihat sikap keras dan mengancam dari ke dua orang itu, akhirnya ia berkata, "Benar, benar, saudara. Aku telah mencuri kuda ini. Aku mengakui, tetapi aku tidak tahu kalau itu milik kalian. Maafkan aku, karena aku tidak dapat menahan diriku dan bertindak mencuri." "Aku tidak tahu apa-apa tentang pincangnya domba ini!" teriak pemotong rumput.

"Suruh ia mengatakan padaku mengapa pemotong rumput itu menolak pemberianku, " desak i penggembala, "aku hanya ingin memberikannya sebagai penghargaan tanda terima kasihku." "Aku mengaku mengambil kuda. Aku akan kembalikan kuda ini. "kata penunggang kuda," tapi aku tuli, dan tidak tahu siapa di antara kalian pemilik sesungguhnya kuda ini." Pada saat itu, dari kejauhan, tampak seorang guru tua berjalan. Si pemotong rumput lari menghampirinya, menarik jubah lusuhnya dan berkata, "Guru yang mulia, aku seorang tuli yang tidak mengerti ujung pangkal apa yang dibicarakan oleh kedua orang ini. Aku mohon kebijaksanaan anda, adili dan jelaskan apa yang mereka teriakkan." Namun, si Guru tua ini bisu dan tidak dapat menjawab, tapi ia mendatangi mereka dan memandangi ketiga orang tuli tersebut dengan penuh selidik. Sekarang ketiga orang tuli itu menghentikan teriakan mereka. Guru itu memandangi sedemikian lama dan dengan tajam, satu per satu hingga ketiga orang itu merasa tidak enak. Matanya yang hitam berkilauan menusuk ke dalam mata mereka, mencari kebenaran tentang persoalan tersebut, mencoba mendapatkan petunjuk dari situasi itu.

Tetapi ketiga orang tuli itu mulai merasa takut kalau-kalau guru tua itu menyihir mereka atau mengendalikan kemauan mereka. Tiba-tiba si pencuri kuda meloncat ke atas kuda dan memacunya kencang-kencang. Begitu juga si penggembala, segera mengumpulkan ternaknya dan menggiringnya jauh ke atas bukit. Si pemotong rumput tidak berani menatap mata guru tua itu, lalu ia mengemasi rumputnya ke dalam kantong dan mengangkatnya ke atas bahu dan berjalan menuruni bukit pulang ke rumahnya. Guru tua itu melanjutkan perjalanannya, berpikir sendiri bahwa kata-kata merupakan bentuk komunikasi yang tidak berguna, bahwa orang mungkin lebih baik tidak pernah mengucapkannya!

Sabtu, 08 Mei 2010

Kebijakan Sebuah Kata

Satu percakapan bersama orang bijak sama nilainya dengan belajar sebulan dengan membaca buku.-Peribahasa Cina
Bukankah luar biasa bagaimana seorang yang memberikan gagasannya pada waktu dan tempat yang tepat dapat mengubah jalan sejarah hidupmu? Ini terjadi pada hidupku. Waktu aku berumur 14, aku menumpang dari Houston, Texas, melalui ElPaso menuju California. Aku sedang mengikuti impianku, berkelana bersama matahari. Aku drop-out dari sekolah menengah karena memiliki cacat-belajar dan ingin berselancar dia atas ombak terbesar di dunia, mula-mula di California, lantas di Hawaii, tempat tinggalku di kemudian hari.
Saat tiba di tengah kota El Paso, aku bertemu dengan seorang gelandangan tua ditikungan jalan. Ia melihatku berjalan, menghentikanku, lalu bertanya padaku waktu aku lewat. Ia bertanya apakah aku kabur dari rumah, mungkin karena aku kelihatan masih muda. Kukatakan padanya, "Tidak juga, Pak," karena ayahku mengantarku ke jalan raya di Houston dan merestuiku dengan mengatakan, "Yang penting adalah mengikuti impianmu dan hati nuranimu, Nak".Pak gelandangan itu kemudian bertanya apakah aku mau dibelikan secangkir kopi.Aku bertanya padanya, "Tak usah, Pak, tapi kalau soda, aku mau".
Kami berjalanke sebuah toko di pojok jalan dan duduk di bangku putar sambil menikmati minuman.Setelah mengobrol selama beberapa menit, Pak gelandangan yang ramah itumenyuruhku mengikutinya. Ia berkata padaku bahwa ia ingin menunjukkan dan berbagi sesuatu yang hebat denganku. Kami berjalan beberapa blok sampai ke Perpustakaan Umum El Paso. Kami menaiki tangga depan dan berhenti di stand penerangan kecil. Di sini Pak gelandangan berbicara dengan seorang wanita tua yang suka tersenyum, dan bertanya padanya apakah dia mau mengawasi barang-barangku sebentar selagi aku dan dia masuk ke perpustakaan.
Aku meninggalkan barang milikku pada nenek baik ini dan masuk ke dalam ruang belajar yang besar dan indah. Pak gelandangan mula-mula mengajakku ke sebuah meja dan memintaku duduk dan menunggu sebentar sementara ia mencari sesuatu yang istimewa dalam rak buku.Tidak berapa lama kemudian, ia kembali mengepit dua buah buku tua dan menaruhnya di meja. Lalu ia duduk disebelahku dan berbicara. Ia mulai dengan beberapapernyataan yang sangat istimewa yang mengubah hidupku. Katanya, "Ada dua hal yang ingin saya ajarkan padamu, anak muda.""Nomor satu, jangan menilai buku dari sampulnya, karena sampul bisa menipumu."Ia meneruskannya dengan berkata,"Kamu pasti mengira saya ini gelandangan, betultidak, anak muda ?"Kataku, "Eh, betul, rasanya, Pak.""Anak muda, saya punya kejutan untukmu.
Saya adalah salah seorang terkaya didunia. Saya mungkin memiliki apa saja yang diinginkan orang. Saya berasal daridaerah Timur Laut dan memiliki apa saja yang dapat dibeli dengan uang. Tapi setahun yang lalu, istri saya meninggal, dan sejak itu saya banyak berpikir tentang hidup. Saya sadar bahwa ada beberapa hal yang belum pernah saya alami dalam hidup ini, salah satunya adalah apa rasanya hidup sebagai gelandangan dijalanan. Saya berjanji pada diri sendiri untuk melakukan hal itu selama setahun.
Selama setahun ini, saya berkelana dari kota ke kota. Jadi, kamu lihat, jangan pernah menilai buku dari sampulnya, karena sampul bisa menipumu"."Nomor dua adalah belajar cara membaca, nak. Karena hanya ada satu hal yang takdapat direnggut dari dirimu, yaitu kebijakanmu". Pada saat itu , ia meraih ke depan mengenggam tangan kananku dan menaruhnya diatas buku yang diambilnya dari rak. Buku itu adalah buah tangan Plato danAristoteles - karya klasik abadi dari zaman kuno. Pak gelandangan itu kemudian mengajakku kembali pada wanita tua yang tersenyum di dekat jalan masuk itu, menuruni tangga, dan kembali ke jalan dekat tempatkami bertemu tadi. Permintaan perpisahannya adalah agar aku tidak melupakan apayang diajarkannya. Aku tak pernah lupa.

Sumber:http:\\inspirasi pagi

Kamis, 06 Mei 2010

Hukum Tabur Tuai

Ada dua orang India sedang mengarungi badai salju di pegunungan Himalaya. Mereka berjalan dengan susah payah karena udara yang sangat dingin terasa sampai ke sumsum tulang dan terpaan angin dingin juga menambah beratnya perjalanan mereka. Di tengah perjalanan tiba-tiba mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang tergeletak di pinggir jalan. Karena kasihan melihat keadaan orang itu, orang India yang pertama berkata kepada temannya, " Orang ini masih hidup. Kasihan sekali kalau dia dibiarkan tergeletak di sini, dia pasti akan meninggal, mari kita tolong dia." Tapi temannya menjawab," Bagaimana kita bisa menolongnya kalau membawa diri sendiri saja sudah sangat susah di tengah badai seperti ini. Kalau kau ingin membawanya, silahkan, tapi aku tidak akan menolongmu."

Maka orang yang pertama dengan sangat susah payah memanggul tubuh orang yang tak berdaya itu sedangkan temannya lebih dulu melanjutkan perjalanan sendirian. Orang India yang pertama memang pada awalnya merasa perjalannya sangat berat karena beratnya tubuh orang yang dipanggulnya itu, tapi lama kelamaan ia tidak terlalu merasa kedinginan lagi karena kehangatan tubuh orang yang dipanggulnya itu juga menjalar ke tubuhnya, maka ia terus berjalan dengan pelan-pelan.

Kemudian di tepi perjalanan, dia melihat satu orang lagi yang tergeletak di tengah jalan, ketika ia memperhatikan lebih dekat orang itu sudah meninggal dunia dan dia adalah teman seperjalanannya tadi. Jadi karena tidak tahan terhadap cuaca yang sangat dingin itu, temannya itu akhirnya meninggal dunia karena kedinginan, sedangkan ia tertolong oleh panas tubuh orang yang ditolongnya itu.

Rabu, 05 Mei 2010

Instal QuickReport Pada Delphi 7

Sudah dicari-cari kok nggak ada quick Report pada Delphi 7!, begitulah ungkapan rekan-rekan ketika selesai install delphi 7.0. Jangan kuatir rekan-rekan sekalian, QuickReportnya ada kok.hanya saja perlu install sendiri dengan cara sebagai berikut

Pertama: Jalankan Delphi 7
Kedua : Pilih menu Component -> Install Packages
Ketiga : Pada dialog yg muncul klik tombol Add
Keempat: Arahkan ke direktori \bin\
Catatan:
Lokasi file QuickReport Delphi 7 di C:\Program Files\Borland\Delphi7\bin
Kelima :Pilih paket dclqrt70.bpl
Keenam : Klik Open Lalu klik OK

Nah kalau Anda berhasil maka muncul Quick Report pada Component Paletenya

Sekian dulu ya semoga ini bisa membantu................

Selasa, 04 Mei 2010

Bukan Beban Berat yang Membuat Kita Stress

Pada saat memberikan kuliah tentang Manajemen Stress, Stephen Covey mengangkat segelas air dan bertanya kepada para siswanya: “Seberapa berat menurut anda kira-kira segelas air ini?” Para siswa menjawab mulai dari 200 gr sampai 500 gr. “Ini bukanlah masalah berat absolutnya, tapi tergantung berapa lama anda memegangnya,” kata Covey.
“Jika saya memegangnya selama 1 menit, tidak ada masalah. Jika saya memegangnya selama 1 jam, lengan kanan saya akan sakit. Dan jika saya memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin anda harus memanggilkan ambulans untuk saya. Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama saya memegangnya, maka bebannya akan semakin berat.”“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi.
Beban itu akan meningkat beratnya,” lanjut Covey. “Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.” Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic, agar kita dapat lebih segar dan mampu membawanya lagi. Jadi sebelum pulang ke rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban tersebut.”“Bukan beban berat yang membuat kita Stress, tetapi lamanya kita memikul beban tersebut.”
Stephen Covey.

Senin, 03 Mei 2010

Menerima Keadaan Apapun Yang Terjadi

Ada dongeng cina kuno tentang seorang lelaki tua yang pandangan hidupnya sangat berbeda dari orang lainnya disebuah desa.Orang itu memiliki seekor kuda dan pada suatu hari kuda tersebut minggat. Tetangganya datang dan merasa prihatin kepadanya atas kejadian yang menimpanya itu. Jawabannya mengejutkan mereka " Tapi bagaimana kalian tau kejadian ini jelek?" Ia bertanya. Beberapa hari kemudian kudanya kembali, malah bersama dengan dua ekor kuda liar. Kini lelaki tua itu memiliki 3 ekor kuda.
Pada saat itu, para tetangganya memberikan ucapan selamat atas nasib baiknya itu. "Tapi bagaimana kalian tahu kejadian ini bagus?". Katanya pula. Dan esoknya ketika putranya sedang mencoba menunggangi salah satu kuda liar itu, dia terpelanting dan patah tulang kakinya.Lagi-lagi tetangganya berdatangan menghibur pak tua atas kemalangan yang menimpa putranya. "Tapi bagaimana kalian tau kejadian itu jelek?". Ia menimpali. Sejak saat itu, para tetangganya memutuskan tak akan memperdulikan dan tak ingin berurusan dengannya.
Akan tetapi kemudian datanglah jenderal melalui desa itu dan mengajak semua kaum muda yang berbadan tegab untuk maju kemedan perang dan putra lelaki itu tudak ikut serta karena tubuhnya tak memungkinkan.Kita semua akan menuju kehidupan yang jauh lebih tenteram, jika berlaku sabar melalui segala keadaan yang terjadi. Bahkan mungkin akan tersinggung dan tertekan kenangan pahit bila teringat kembali, namun kejadian itu mungkin bermanfaat dalam kehidupan anda kelak.
Barangkali saat menoleh kebelakang, anda akan tampak bahwa pengalaman itu justru yang membangkitkan kemajuan. Pengalaman itu membuat anda lebih "Anda" yang sekarang. Tanpa pengalaman lama yang dibenci, anda tak akan memperoleh kepribadian seperti sekarang.

http:\\inspirasipagi


Sabtu, 01 Mei 2010

MENGUBAH POLA PIKIR


Sekelompok wisatawan tertahan di suatu tempat asing di luar kota. Mereka hanya menemukan bahan makanan yang kedaluwarsa. Karena lapar, mereka terpaksa menyantapnya, meskipun sebelumnya dicobakan dulu kepada seekor anjing yang ternyata menikmatinya dan tak terlihat efek sampingnya. Keesokan harinya, ketika mendengar anjing itu mati, semua orang menjadi cemas. Banyak yang mulai muntah dan mengeluh badannya panas atau terserang diare. Seorang dokter dipanggil untuk merawat para penderita keracunan makanan. Kemudian sang dokter mulai mencari sebab-musabab kematian si anjing yang dijadikan hewan percobaan tersebut. Ketika dilacak, eh ternyata anjing itu sudah mati karena terlindas mobil.

Apa yang menarik dari cerita di atas?
Ternyata kita bereaksi menurut apa yang kita pikirkan, bukan berdasarkan kenyataan itu sendiri. We see the world as we are, not as it is. Akar segala sesuatu adalah cara kita melihat. Cara kita melihat mempengaruhi apa yang kita lakukan, dan apa yang kita lakukan mempengaruhi apa yang kita dapatkan. Ini disebut sebagai model See-Do-Get.


http:\\inspirasi pagi